Diwarg's Poems
Kumpulan puisi karya Dilla & Dirra
Ingin
By: Dilla Wargyasmara
Aku ingin berkata kata
Tidak untuk terdengar terbata bata
Aku ingin berkata kata
Tidak lagi untuk terlihat meminta minta
Aku ingin didengar
Tidak lagi hanya
sebagai pendengar
Aku ingin
didengar
Agar bebanku
sedikit terpencar
Aku ingin bersandar
Bukan lagi sebagai tembok bersandar
Aku ingin bersandar
Biar lelahku sedikit memudar
Aku
dan Kosong
By: Dirra Wargyanintyas
Kuberjalan di sepanjang jalan
Yang tlah lukiskan puisi bernada sumbang
Kumelihat bangunan kokoh
Yang tak bisa siratkan kerapuhan jiwaku
Kumendengar gemerisik dedaunan
Yang seakan menyanyikan lagu sedih bertema
perpisahan
Aku dan kosong
Apakah yang ada
dalam benakmu
Berniatkah kau
abadi dalam jiwa ini
Aku dan kosong
Sekawankah kau
dengan angin
Hingga ia pun tak
mau membelaiku
Kumasih berjalan dengan mata terpejam
Agar gelap tak lagi jadi lawanku
Kunyanyikan laguku dalam hati
Agar sepi tak lagi hianatiku
Kutersenyum dalam hening
Agar hidup tak lagi semenakutkan itu
KOMA
By: Dilla Wargyasmara
Layarku baru saja kukembangkan
Terlihat gagah ditemani angin yang sungkan
Akankah kutemukan titik dalam sepekan?
Atau hanya koma yang disembunyikan?
Berpijak pulau
tanpa tau apa arti kalah
Berharap kelak
aku temukan celah
Bukan… bukan
celah untuk membelah
Hanya saja ku
ingin menuju ujung titik tanpa mau berulah
Tapi itu koma,
yaaa... koma yang meringkuk dan aku pun salah
Seribu langkah kaki seakan tak lagi berarti
Berlari berharap senja itu tak akan mati
Tunggu aku… akan kuraih titik yang selalu
menjauh tiada henti
Tapi lagi-lagi koma itu sungguh sangat
menyakitkan hati
Apalagi kini?
Puaskah aku akan
kesetiaan sebuah koma?
Bagaimana ini?
Kuatkah aku
berlayar kembali dalam waktu lama?
Satu kalimat saja
belum aku selesaikan bahkan masih sama
Dan kini
kuterjebak dalam sajak KOMA
Cinta
By: Dirra Wargyaningtyas
Satu kata indah
Satu kata ambigu
Satu kata menyakitkan
Satu kata berarti penantian
Akan sapaan angin pada dedaunan
Akan belaian malam pada titik embun
Akan hirauan sang putri pada sang pangeran
Menjelma bagai waktu
Yang terus berdetak menjauh hilang
Atau melangkah kian dekat
Bagai memusnahkan garis cakrawala
Untuk pertemukan langit dan bumi
Mustahil namun mungkin
Mungkin namun menakutkan
Menakutkan bagi sang raga
Yang menanti rupa tak bernyawa
Dari sebuah goresan abstrak
Yang mereka sebut itu
Cinta
Sendiri…
By: Dilla Wargyasmara
Apa arti sendiri bagimu?
Apakah itu rangkaian waktu yang membuatmu
jemu?
Apakah itu sebuah penantian yang semu?
Atau semua hanya sebuah penantian akan kamu?
Sukakah kau akan kesendirian?
Menderitakah kau akan sebuah penantian?
Perlukah kau akan rasa kasihan?
Putuskah kau akan impian?
Maka dengarkan aku…
Dunia ini terlalu ramai kurasa
Langkah kakiku seperti mengajak bala tentara
Bayangan hitamku layaknya api yg bersorai
gembira
Topengku bagaikan rias tanpa cela
Di mana ruang kosong senjaku?
Tak ku ijinkan tentara2 itu mengikutiku
Kan kupadamkan bayangan apiku
Kan kutanggalkan rias tanpa celaku
Ya terkadang aku menginginkan sendiri
Saatku tak perlu bersolek demi menghias hari
Saatku tak perlu sibuk berlari
Saatku tak perlu terikat janji
Saat kau mendengarkan kisahku
Masihkah kau benci akan kesendirian?
Nyanyian
Seseorang
By: Dirra Wargyaningtyas
Saat mata tak bernyawa
menatap kejam objek tak berwarna
menanti sapaan dari sang jiwa
yang ikut terhanyut dalam sirna
saat itu bahkan nada tak jua bernyanyi
kicauanpun terdengar semakin sunyi
udara tak bergeming seolah sembunyi
dalam genderang detak yang tak berbunyi
aku berbisik
adakah yang kan menelisik
kehampaan yang kian mengusik
pada alunan romantis nada klasik
jangan hiraukan tuanku
mereka hanya ingin merenggutku
dari kediamanku yang terpaku
bagai sebuah bidak yang membeku
namun jiwa ini kan tetap bersenandung
walau segalanya melebur mendung
menjajaki rima tiap kidung
walau mereka tak saling berlindung
Komentar
Posting Komentar